Media Alternatif, Jakarta – Sejak ribuan tahun lalu, manusia telah mengembangkan berbagai cara untuk mengukur waktu, salah satunya dengan jam matahari atau sundial. Alat ini bekerja dengan memanfaatkan bayangan yang dihasilkan oleh sinar matahari untuk menunjukkan waktu. Meski teknologi jam modern telah berkembang pesat, sundial masih digunakan dalam berbagai bidang, terutama dalam pendidikan dan arsitektur.
Melansir dari Journal of Astronomical Education, prinsip kerja jam matahari didasarkan pada pergerakan bumi mengelilingi matahari. Bayangan yang dihasilkan oleh penunjuk waktu, yang disebut gnomon, akan berubah posisi seiring perjalanan matahari di langit. Peradaban kuno seperti Mesir, Yunani, dan Romawi telah menggunakan metode ini untuk menentukan waktu dengan cukup akurat.
Hingga kini, jam matahari masih memiliki nilai edukatif yang tinggi. Banyak institusi pendidikan memanfaatkannya sebagai alat untuk memahami konsep rotasi bumi dan perubahan waktu. Selain itu, beberapa arsitek menggunakannya sebagai elemen desain dalam taman dan bangunan publik untuk memberikan sentuhan estetika sekaligus fungsi praktis.
Di berbagai negara, sundial juga menjadi daya tarik wisata. Struktur seperti Jantar Mantar di India dan Granite Sundial di Inggris menunjukkan bagaimana warisan ilmiah ini tetap dihargai hingga saat ini. Dengan sejarah panjang dan manfaat yang masih relevan, jam matahari menjadi bukti kecerdasan peradaban manusia dalam memahami waktu jauh sebelum hadirnya teknologi digital. [mtp]